Teori Sectio Caesarea Dan Pasca Operasi
A. Definisi
Suatu persalinan buatan/pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. (Kapita Selekta, 2000 5).
Pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono Prawirohardjo : 2002).
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding perut dengan syarat rahim dalam keadaan untuk berat janin di atas 500 gram. (Manuaba, 2000 : 139).
Bedah Caesar
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Bedah caesar (bahasa Inggris: caesarean section atau caesarean section dalam Inggris-Amerika), disebut juga dengan c-section (disingkat dengan CS) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anastesi serta bidan. Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_caesar)
Gambar. 2.1
Bedah Caesar teknik vertical.
Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_caesar)
B. Jenis
Ada beberapa jenis "Caesarean Sections" (CS):
Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan hari ini karena sangat beresiko terhadap terjadinya komplikasi.
Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan resiko terjadinya pendarahan dan cepat penyembuhannya.
Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
Bentuk lain dari bedah caesar seperti extraperitoneal CS atau Porro CS.
Bedah caesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalani bedah caesar. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi sebelumnya.
Di berbagai rumah sakit, khususnya di Amerika Serikat, Britania Raya, Australia dan Selandia Baru, sang suami disarankan untuk turut serta pada proses pembedahan untuk mendukung sang ibu. Dokter spesialis anastesis umumnya akan menurunkan kain penghalang ketika si bayi dilahirkan agar orang tua si bayi dapat melihat bayinya. Rumah sakit di Indonesia umumnya tidak memperbolehkan adanya orang lain turut serta waktu persalinan dengan bedah caesar termasuk sang suami.
C. Indikasi
Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah caesar ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan resiko kepada sang ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah caesar antara lain:
Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystosia), detak jantung janin melambat (fetal distress), adanya kelelahan persalinan, komplikasi pre-eklampsia.
1. Sang ibu menderita herpes
2. Putusnya tali pusar
3. Resiko luka parah pada rahim
4. Persalinan kembar (masih dalam kontroversi)
5. Sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping
6. Kegagalan persalinan dengan induksi
7. Kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau ventouse) bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg). Masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir), placental abruption atau placenta accreta)
8. Kontraksi pada pinggul sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi) sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum (oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn), angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfolipid
9. CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat). Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
10. Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)
11. Harap diingat bahwa institusi yang berbeda dapat memiliki pendapat yang berbeda pula mengenai kapan suatu bedah caesar dibutuhkan. Di Britania Raya, hukum menyatakan bahwa ibu hamil mempunyai hak untuk menolak tindakan medis apapun termasuk bedah caesar walaupun keputusan tersebut beresiko terhadap kematiannya atau nyawa sang bayi. Negara lain memiliki hukum yang berbeda mengenai hal ini. Lihat pula mengenai bedah caesar berdasarkan permintaan.
D. Anastesis
Gb. 2.2
Sang Ibu Tetap Dalam Keadaan Sadar Waktu Bayinya Dilahirkan
Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_caesar)
Sang ibu umumnya akan diberikan anastesi lokal (spinal atau epidural), yang memungkinkan sang ibu untuk tetap sadar selama proses pembedahan dan untuk menghindari si bayi dari pembiusan.
Pada masa sekarang ini, anastesi umum untuk bedah caesar menjadi semakin jarang dilakukan karena pembiusan lokal lebih menguntungkan bagi sang ibu dan si bayi. Pembiusan umum dilakukan apabila terjadi kasus-kasus beresiko tinggi atau kasus darurat.
E. Penatalaksanaan Post Operasi
1. Mobilisasi
Ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
2. Diet
Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi sebesar 2100 kcal/hari, seorang ibu menyusui memerlukan asupan rata-rata 2700 kcal dalam kesehariannya. Tambahan sebesar 500-700 kcal tersebut tak lain diperlukan Untuk keperluan biosintesis ASI. Ekstra energi tersebut pun tidak semuanya harus didapatkan dari intake makanan yang dikonsumsi busui sehari hari. 200 kcal ternyata telah tersedia di tubuh ibu berupa cadangan deposit yang telah dibentuk sejak dimulainya proses kehamilan. Sisa 300-500 kcal/hari lah yang baru diharapkan diperoleh dari intake makanan keseharian sang ibu. Jadi tidak tepat bila dikatakan seorang busui harus makan dengan porsi "besar-besaran" agar tidak kelaparan dan produksi ASI lancar.
(http://wrm-indonesia.org).
Nilai gizi makanan pascabedah I adalah sebagai berikut :
Kalori 193 385 578
Protein 0,7 g 1,4 g 2,1 g
Lemak 0,3 g 0,6 g 0,8 g
Karbohidrat 49 g 99 g 148 g
Cairan 450 ml 900 ml 1.350 ml.
Makanan pascabedah II merupakan perpindahan dari makanan pascabedah I pada pascabedah besar saluran cerna. Pada pascabedah kecil dan bedah besar di luar saluran cerna dapat langsung diberikan makanan pascabedah III. Makanan ini diberikan berupa minuman manis, kaldu jernih, sirup, sari buah, dan susu telur, rata – rata 16 kali sehari selama pasien tidak tidur, dengan jangka waktu sesingkat mungkin karena tidak cukup mengandung zat gizi jeruk dan minum yang mengandung C02 jangan diberikan
Nilai gizi makanan pascabedah II adalah sebagai berikut :
30 ml/jam 60 ml/jam 90 ml/jam
Kalori 425 850 1280
Protein 19 g 38 g 57 g
Lemak 18 g 35 g 53 g
Karbohidrat 49 g 98 g 147 g
Cairan 500 ml 1.000 ml 1.500 ml
Makanan pasca bedah III merupakan perpindahan dari makanan pasca bedah I atau makanan pasca bedah II. Diberikan sebagai air, sirup, susu, sari buah, biskuit, sup. Atau bubur saring tanpa bumbu merangsang. Minuman yang mengandung C02 jangan diberikan. Cairan tidak melebihi 2.000 ml sehari. Makanan ini mengandung 1.9990 kalori, 73g protein, 84 g lemak, dan 236 g karbohidrat.
Makanan pasca bedah V merupakan perpindahan dari makanan pascabedah III. Berikan kepada pasien dengan kapasitas lambung dan usus yang terbatas, seperti pada penyakit saluran cerna tertentu. Makanan ini diberikan sebagai makanan lunak yang dibagi dalam 6 kali makan makan dalam porsi kecil yang sama, jumlah cairan bebas.
(http //: Lj80Jombang.mediapembelajaran.Blogspot.com)
3. Perawatan Luka
Perawatan luka insisi di inspeksi setiap hari, bila basah dan berdarah dibuka dan diganti. Pembalut luka yang relatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, kasa perut diganti pada hari ke 4, bila akan pulang dengan tegaderm (oupsite) sehingga pasien bisa mandi.
(http //: Lj80Jombang.mediapembelajaran.Blogspot.com)
F. Masalah Pada Pasien Post SC
1. Timbulnya Rasa Nyeri
Setelah melahirkan, memang kadang-kadang masih timbul rasa sakit di bagian perut. Terjadinya kontraksi dan pengerutan rahim serta penyembuhan jaringan sekitar vagina kadang-kadang menimbulkan rasa sakit selama beberapa hari. Untuk itu, kadang-kadang pasien membutuhkan obat-obatan antibiotik rasa sakit selama 4-5 hari. (Dini Kasdu, 2003)
2. Perdarahan
Luka akibat tercabutnya pembuluh darah plasenta dari dinding rahim pada waktu persalinan, membutuhkan penyembuhan segera. Penyembuhan luka ini terjadi secara alamiah dengan proses mengerutnya rahim tersebut dengan cara rahim yang berkontraksi selama beberapa minggu setelah persalinan. Apabila rahim tidak dapat berkontraksi, dikhawatirkan dapat terjadi perdarahan yang dapat membahayakan ibu. Dalam keadaan seperti ini, biasanya dokter akan memberikan suntikan agar rahim dapat berkontraksi. (Dini Kasdu, 2003).
3. Infeksi
Infeksi yang mungkin terjadi adalah akibat sayatan operasi. Infeksi ini menyebabkan suhu tubuh meningkat. Umumnya, keadaan ini sering terjadi pada hari pertama selesai operasi, suhu tubuh tidak juga turun. Biasanya, demam ini baru muncul, pada hari ketiga atau keempat setelah persalinan. (Dini Kasdu 2003)
G. Observasi Pada Post SC
1. TTV
Tensi, nadi temperatur dan pernapasan
2. Keseimbangan cairan melalui produksi urin dengan perhitungan.
Produksi urin normal 1500 liter /24 jam.
3. Infus setelah operasi sekitar 2 x 24 jam
4. Bising usus menandakan berfungsinya usus (flatus)
5. Kontraksi rahim untuk menutup pembuluh darah
6. Perdarahan pervaginam (evaluasi pengeluaran lochea).
H. Komplikasi
1. Infeksi Puerperal (nifas)
a. Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.Sedang, dengan
b. Kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dengan dehidrasi, dan perut sedikit kembung.
c. Berat, dengan peritonitis sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai pada partum terlantar, sebelumnya terjadi infeksi, karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan
Disebabkan karena:
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
b. Atonia uteri.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih.
4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mentang.
I. Nasehat pada Klien Post Operatif
1. Dianjurkan melakukan perawatan payudara dan personal hygien.
2. Dianjurkan cukup istirahat dan makan makanan yang bergizi.
3. Kehamilan berikutnya hendaknya dengan antenatal yang baik.
4. Anjurkan jangan hamil selama kurang lebih 2 tahun, dengan memakai kontrasepsi yang tidak menekan produksi ASI seperti IUD dan suntik Depo Progestin.
(http //: Lj80Jombang.mediapembelajaran.Blogspot.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar