Managemen Laktasi Yang Baik Bagi Ibu

A. Definisi
ASI (Air Susu Ibu) merupakan sebuah cairan berwarna putih yang menyerupai susu, yang banyak sekali mengandung nutrisi, yang bersumber dari ibu, ketika ibu tersebut sedang hamil dan biasanya dikeluarkan pada saat bayi lahir. (http://Seputar_ASI.com).
ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari-hari pertama, yang keluar adalah colostrum yang jumlahnya sedikit. Tidak perlu khawatir bahwa bayi akan kurang minum, karena bayi harus kehilangan cairan pada hari-hari pertama dan absorpsi usus juga sangat terbatas. (Ilmu Kebidanan, YBP-SP. 2005 : 266)
B. Macam – Macam ASI
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Colostrum
Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mammae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mammae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air susu masa peralihan (masa transisi)
Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 - 5. Volumenya semakin bertambah.
3. Air susu mature
ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3-5 komposisi ASInya baru konstan. Tidak menggumpal bila dipanaskan. Volume : 300-850 ml/24 jam. (http://library.usu.fkm_arifin4.id)
C. Komposisi ASI
Banyak sekali kandungan zat ataupun nutrisi yang terdapat dalam ASI dan sangat baik bagi buah hati kita, diantaranya adalah :
1. Kolostrum (susu jolong), Zat kekebalan yang dapat meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit yang cukup baik. cairan kuning kental yang muncul diawal-awal ASI keluar. Unutk itu begitu bayi keluar sebaiknya bayi langsung diberikan ASI meski sepertinya ASI belum keluar, sebab sangat disayangkan apabila kolostrum ini merembes keluar dan terlewati oleh bayi.
2. Bakal DHA (Decosahexanoic Acid) dan AA (Arachidonic Acid), yang terdapat dalam lemak ASI, sekitar 90 % DHA-AA dari ASI dapat diserap oleh usus bayi dibandingkan dengan yang ada pada susu formula.
3. Immunoglobulin A (Ig. A), melumpuhkan bakteri E. coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan.
4. Laktoferin, sejenis protein, merupakan komponen zat kekebalan tubuh.
5. Lysosim, enzim pencernaan dapat membantu pencernaan , mencerna berbagai nutrisi dan kandungan zat imun (anti infeksi) lebih.
6. Leukosit / sel darah putih, mengandung antibodi pernafasan , antibodi saluran pernafasan dan antibodi jaringan payudara ibu.
7. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat uang mengandung nitrogen.
Taurin, kandungan asam amino, berfungsi neuro-transmitte
D. Manfaat ASI
Manfaat ASI dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Bagi ibu
a. Mencegah terjadinya kurang darah atau anemia defisiensi zat besi.
b. Mencegah perdarahan saat ibu baru saja usai melahirkan dan mempercepat involusi uterus (pengecilan rahim seperti semula).
c. Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil.
d. Mengurangi resiko terkena kanker payudara dan ovarium.
e. Dapat menunda kehamilan. Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
f. Melindungi ibu dari diabetes, dalam penelitian mengatakan ibu yang lebih lama memberikan ASI memiliki resiko lebih kecil mengidap diabetes. Hal itu disebabkan terjadinya metabolisme dalam tubuh ibu pada saat menyusui, perubahan metabolisme itu dapat membantu ibu menjaga tingkat gula darah tetap stabil dan membuat tubuh lebih sensitif pada hormon yang mengatur gula darah, yaitu insulin.
2. Bagi bayi
a. Untuk kesehatan
1) Sebagai zat pelindung (antibodi) seperti : Immu-noglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, antista-piloccocus, lactobacillus, bifidus dan lactoferrin.
2) Mempercepat perkembangan syaraf menelan, menghisap dan bernafas lebih sempurna
3) Mencegah anak mengalami obesitas (kegendutan)
b. Untuk kecerdasan
1) Mempercepat perkembangan psikomotorik
2) Menunjang perkembangan kognitif (daya ingat dan kemampuan bahasa)
3) Sebagai pembentukan sel-sel otak yang optimal.
4) Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.
(http://library.Seputar_ASI.id)
3. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusukan selama 4-5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh disusukan selama 10 menit. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20 menit). Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI yang terisap bayi pada 5 menit pertama adalah ± 112 ml, 5 menit kedua ± 64 ml, dan 5 menit terakhir hanya ± 16 ml. Penting diketahui, apakah bayi telah cukup mendapat ASI atau tidak.
(Soetjiningsih. 2002 : 19-20).
4. Tanda-tanda ASI cukup
a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda.
b. Bayi sering buah air besar berwarna kekuningan ”berbiji”
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik
d. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
e. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
f. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu.
g. Bayi bertambah berat badannya.
(Abdul Bari Saifuddin. 2002 : N-26)
5. Air Susu Ibu Kurang
Menilai kecukupan ASI bukan dari seringnya bayi menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya, atau payudara yang terasa kosong/ lembek meski produksi ASI cukup lancar, melainkan dari kenaikan berat badan bayi. Bila gizi ibu cukup, cara menyusui benar, percaya diri akan kemampuan dan kemauan menyusui bayinya, serta tidak memiliki kelainan payudara. Pada 4-6 bulan pertama usia bayi akan terjadi kenaikan berat badan yang baik. Hal ini dapat dipantau dengan melihat KMS bayi. Kenaikan berat badan yang tidak sesuai biasanya karena jumlah ASI tidak cukup sehingga perlu tambahan sumber gizi lain. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : 2001 : 325).
E. Faktor Yang Mempengaruhi ASI
1. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna oleh akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah dengan satu butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak dapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Makanan untuk ibu menyusui lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
(http://library.usu.ac.id).
2. Frekuensi Menyusui
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan Asi lebih dari 5 x/hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusui. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 x /hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 x/hari pada periode awal setelah melahirkan, frekuensi penyusuan berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
F. Cara Menyusui Yang Benar
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi mengisap air susu. Oleh karena itu, usahakan agar ibu dapat menyusui dengan baik dan benar. Perhatikan hal-hal berikut ini agar tujuan tersebut tercapai.

Masalah Nyeri


A. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensorik yang dicetuskan oleh rangsangan yang merupakan ancaman untuk menghancurkan jaringan disebut sesuatu yang menyakitkan. (Mount Castle, 1980 yang dikutip oleh Rosemary Mander, 2004).
Nyeri adalah suatu perasaan atau pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial terjadi kerusakan nyeri (Merskey 1980 dikutip oleh Rose Mender, 2003).
Nyeri adalah suatu keadaan distress berat yang dikaitkan dengan peristiwa yang mengancam kebutuhan seseorang (Cassel 1982 dikutip oleh Rose Mender, 2003).
B. Etiologi Nyeri
1. Trauma
1) Mekanik misalnya benturan gesekan
Nyeri timbul akibat ujung syaraf bebas mengalami kerusakan karena terjadinya trauma tersebut yang mungkin tersayat putus.
2) Thermis misalnya panas
Nyeri timbul karena ujung syaraf reseptor nyeri mengalami rangsangan akibat panas.
3) Chemis misalnya sentuhan / tersentuh asam / asam kuat
Nyeri timbul karena rangsangan atau kerusakan.

4) Elektrik
Karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor nyeri sehingga timbul kejangan otot dan kerusakan akibat terbakar oleh listrik tersebut.
2. Neoplasma
1) Jinak, nyeri terjadi karena adanya tekanan pada ujung syaraf reseptor nyeri.
2) Ganas, nyeri terjadi karena kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena terikan atau jepitan.
3) Peradangan
Misalnya abses, nyeri terjadi karena ujung kerusakan ujung syaraf reseptor akibat adanya peradangan dan bisa karena nyeri terjepit karena pembengkakan.
4) Gangguan sirkulasi
Terjadi penyempitan pembuluh darah atau penyumbatan aliran darah ke satu daerah atau organ yang mengakibatkan terganggunya atau terhalangnya darah yang membawa zat makanan dari O2 ke daerah tersebut misalnya miokard infak.
5) Trauma psikologik
Setelah mengalami kejadian yang mengerikan atau dahsyat, misalnya: korban kecelakaan, pemerkosaan, mengeluh nyeri pada kemaluan.


C. Jenis Nyeri
1. Nyeri Visual
Jika suatu segmen persyarafan menyatu lebih dari satu daerah.
2. Nyeri Somatik
Nyeri yang terjadi karena rangsangan pada bagian di persyarafan oleh syaraf tepi.
D. Sifat Nyeri
1. Nyeri Alih
Jika suatu segmen persyarafan melayani lebih dari satu daerah.
2. Nyeri Radiasi
Nyeri yang menyebar di dalam sistem atau jalur anatomi yang sama. Contoh infak miokard akut.
3. Nyeri Proyeksi
Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan syaraf sensorik akibat cidera atau peradangan syaraf.
4. Nyeri Kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum pariental akan dirasakan terus menerus karena berlangsung terus misalnya pada reaksi radang.
5. Nyeri Kolik
Nyeri viseral akibat spasme otot polos, organ berongga disebabkan oleh hambatan dalam organ.
6. Nyeri Iskemik
Nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyudut. Tanda adanya jaringan yang terkena nekrosis.

7. Nyeri Pindah
Nyeri yang berubah sesuai dengan perkembangan patologi.
E. Gejala Klinik
1. Respon simpatis adrenal
1) Peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan pernafasan.
2) Keringat berlebihan, muntah, pucat, dilatasi pupil.
2. Respon muscular
1) Peningkatan ketegangan otot, menggeliat, gelisah.
3. Respon emosional
1) Iritable, merintih, menangis, ekspresi wajah.
F. Mekanisme terjadinya nyeri
Stimulasi nyeri
Reseptor nyeri
Sumsum syaraf sentral melalui syaraf asenden
Talamus cortex cerebral
Menginterpretasikan arti nyeri
Sensasi nyeri
G. Faktor yang mempengaruhi rasa nyeri
1. Faktor Psikologik
1) Sikap ibu, keadaan mental ibu, kebiasaan ibu, budaya.
2. Faktor fisik
1) Visual analogue score



1) Bila skala nyeri > 5 harus diberikan terapi
2) Bila tingkat 10 penderita sangat takut dan sangat nyeri

Teori Sectio Caesarea Dan Pasca Operasi



A. Definisi
Suatu persalinan buatan/pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. (Kapita Selekta, 2000 5).
Pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono Prawirohardjo : 2002).
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding perut dengan syarat rahim dalam keadaan untuk berat janin di atas 500 gram. (Manuaba, 2000 : 139).
Bedah Caesar
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Bedah caesar (bahasa Inggris: caesarean section atau caesarean section dalam Inggris-Amerika), disebut juga dengan c-section (disingkat dengan CS) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anastesi serta bidan. Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_caesar)

Gambar. 2.1
Bedah Caesar teknik vertical.








Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_caesar)
B. Jenis
Ada beberapa jenis "Caesarean Sections" (CS):
Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan hari ini karena sangat beresiko terhadap terjadinya komplikasi.
Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan resiko terjadinya pendarahan dan cepat penyembuhannya.
Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
Bentuk lain dari bedah caesar seperti extraperitoneal CS atau Porro CS.
Bedah caesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalani bedah caesar. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi sebelumnya.
Di berbagai rumah sakit, khususnya di Amerika Serikat, Britania Raya, Australia dan Selandia Baru, sang suami disarankan untuk turut serta pada proses pembedahan untuk mendukung sang ibu. Dokter spesialis anastesis umumnya akan menurunkan kain penghalang ketika si bayi dilahirkan agar orang tua si bayi dapat melihat bayinya. Rumah sakit di Indonesia umumnya tidak memperbolehkan adanya orang lain turut serta waktu persalinan dengan bedah caesar termasuk sang suami.
C. Indikasi
Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah caesar ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan resiko kepada sang ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah caesar antara lain:
Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystosia), detak jantung janin melambat (fetal distress), adanya kelelahan persalinan, komplikasi pre-eklampsia.
1. Sang ibu menderita herpes
2. Putusnya tali pusar
3. Resiko luka parah pada rahim
4. Persalinan kembar (masih dalam kontroversi)
5. Sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping
6. Kegagalan persalinan dengan induksi
7. Kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau ventouse) bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg). Masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir), placental abruption atau placenta accreta)
8. Kontraksi pada pinggul sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi) sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum (oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn), angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfolipid
9. CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat). Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
10. Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)
11. Harap diingat bahwa institusi yang berbeda dapat memiliki pendapat yang berbeda pula mengenai kapan suatu bedah caesar dibutuhkan. Di Britania Raya, hukum menyatakan bahwa ibu hamil mempunyai hak untuk menolak tindakan medis apapun termasuk bedah caesar walaupun keputusan tersebut beresiko terhadap kematiannya atau nyawa sang bayi. Negara lain memiliki hukum yang berbeda mengenai hal ini. Lihat pula mengenai bedah caesar berdasarkan permintaan.


D. Anastesis
Gb. 2.2
Sang Ibu Tetap Dalam Keadaan Sadar Waktu Bayinya Dilahirkan










Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_caesar)
Sang ibu umumnya akan diberikan anastesi lokal (spinal atau epidural), yang memungkinkan sang ibu untuk tetap sadar selama proses pembedahan dan untuk menghindari si bayi dari pembiusan.
Pada masa sekarang ini, anastesi umum untuk bedah caesar menjadi semakin jarang dilakukan karena pembiusan lokal lebih menguntungkan bagi sang ibu dan si bayi. Pembiusan umum dilakukan apabila terjadi kasus-kasus beresiko tinggi atau kasus darurat.
E. Penatalaksanaan Post Operasi
1. Mobilisasi
Ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
2. Diet
Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi sebesar 2100 kcal/hari, seorang ibu menyusui memerlukan asupan rata-rata 2700 kcal dalam kesehariannya. Tambahan sebesar 500-700 kcal tersebut tak lain diperlukan Untuk keperluan biosintesis ASI. Ekstra energi tersebut pun tidak semuanya harus didapatkan dari intake makanan yang dikonsumsi busui sehari hari. 200 kcal ternyata telah tersedia di tubuh ibu berupa cadangan deposit yang telah dibentuk sejak dimulainya proses kehamilan. Sisa 300-500 kcal/hari lah yang baru diharapkan diperoleh dari intake makanan keseharian sang ibu. Jadi tidak tepat bila dikatakan seorang busui harus makan dengan porsi "besar-besaran" agar tidak kelaparan dan produksi ASI lancar.
(http://wrm-indonesia.org).
Nilai gizi makanan pascabedah I adalah sebagai berikut :
Kalori 193 385 578
Protein 0,7 g 1,4 g 2,1 g
Lemak 0,3 g 0,6 g 0,8 g
Karbohidrat 49 g 99 g 148 g
Cairan 450 ml 900 ml 1.350 ml.
Makanan pascabedah II merupakan perpindahan dari makanan pascabedah I pada pascabedah besar saluran cerna. Pada pascabedah kecil dan bedah besar di luar saluran cerna dapat langsung diberikan makanan pascabedah III. Makanan ini diberikan berupa minuman manis, kaldu jernih, sirup, sari buah, dan susu telur, rata – rata 16 kali sehari selama pasien tidak tidur, dengan jangka waktu sesingkat mungkin karena tidak cukup mengandung zat gizi jeruk dan minum yang mengandung C02 jangan diberikan

Nilai gizi makanan pascabedah II adalah sebagai berikut :
30 ml/jam 60 ml/jam 90 ml/jam
Kalori 425 850 1280
Protein 19 g 38 g 57 g
Lemak 18 g 35 g 53 g
Karbohidrat 49 g 98 g 147 g
Cairan 500 ml 1.000 ml 1.500 ml
Makanan pasca bedah III merupakan perpindahan dari makanan pasca bedah I atau makanan pasca bedah II. Diberikan sebagai air, sirup, susu, sari buah, biskuit, sup. Atau bubur saring tanpa bumbu merangsang. Minuman yang mengandung C02 jangan diberikan. Cairan tidak melebihi 2.000 ml sehari. Makanan ini mengandung 1.9990 kalori, 73g protein, 84 g lemak, dan 236 g karbohidrat.
Makanan pasca bedah V merupakan perpindahan dari makanan pascabedah III. Berikan kepada pasien dengan kapasitas lambung dan usus yang terbatas, seperti pada penyakit saluran cerna tertentu. Makanan ini diberikan sebagai makanan lunak yang dibagi dalam 6 kali makan makan dalam porsi kecil yang sama, jumlah cairan bebas.
(http //: Lj80Jombang.mediapembelajaran.Blogspot.com)
3. Perawatan Luka
Perawatan luka insisi di inspeksi setiap hari, bila basah dan berdarah dibuka dan diganti. Pembalut luka yang relatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, kasa perut diganti pada hari ke 4, bila akan pulang dengan tegaderm (oupsite) sehingga pasien bisa mandi.
(http //: Lj80Jombang.mediapembelajaran.Blogspot.com)
F. Masalah Pada Pasien Post SC
1. Timbulnya Rasa Nyeri
Setelah melahirkan, memang kadang-kadang masih timbul rasa sakit di bagian perut. Terjadinya kontraksi dan pengerutan rahim serta penyembuhan jaringan sekitar vagina kadang-kadang menimbulkan rasa sakit selama beberapa hari. Untuk itu, kadang-kadang pasien membutuhkan obat-obatan antibiotik rasa sakit selama 4-5 hari. (Dini Kasdu, 2003)
2. Perdarahan
Luka akibat tercabutnya pembuluh darah plasenta dari dinding rahim pada waktu persalinan, membutuhkan penyembuhan segera. Penyembuhan luka ini terjadi secara alamiah dengan proses mengerutnya rahim tersebut dengan cara rahim yang berkontraksi selama beberapa minggu setelah persalinan. Apabila rahim tidak dapat berkontraksi, dikhawatirkan dapat terjadi perdarahan yang dapat membahayakan ibu. Dalam keadaan seperti ini, biasanya dokter akan memberikan suntikan agar rahim dapat berkontraksi. (Dini Kasdu, 2003).
3. Infeksi
Infeksi yang mungkin terjadi adalah akibat sayatan operasi. Infeksi ini menyebabkan suhu tubuh meningkat. Umumnya, keadaan ini sering terjadi pada hari pertama selesai operasi, suhu tubuh tidak juga turun. Biasanya, demam ini baru muncul, pada hari ketiga atau keempat setelah persalinan. (Dini Kasdu 2003)
G. Observasi Pada Post SC
1. TTV
Tensi, nadi temperatur dan pernapasan
2. Keseimbangan cairan melalui produksi urin dengan perhitungan.
Produksi urin normal 1500 liter /24 jam.
3. Infus setelah operasi sekitar 2 x 24 jam
4. Bising usus menandakan berfungsinya usus (flatus)
5. Kontraksi rahim untuk menutup pembuluh darah
6. Perdarahan pervaginam (evaluasi pengeluaran lochea).
H. Komplikasi
1. Infeksi Puerperal (nifas)
a. Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.Sedang, dengan
b. Kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dengan dehidrasi, dan perut sedikit kembung.
c. Berat, dengan peritonitis sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai pada partum terlantar, sebelumnya terjadi infeksi, karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan
Disebabkan karena:
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
b. Atonia uteri.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih.
4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mentang.
I. Nasehat pada Klien Post Operatif
1. Dianjurkan melakukan perawatan payudara dan personal hygien.
2. Dianjurkan cukup istirahat dan makan makanan yang bergizi.
3. Kehamilan berikutnya hendaknya dengan antenatal yang baik.
4. Anjurkan jangan hamil selama kurang lebih 2 tahun, dengan memakai kontrasepsi yang tidak menekan produksi ASI seperti IUD dan suntik Depo Progestin.
(http //: Lj80Jombang.mediapembelajaran.Blogspot.com)